Peran Fisiologi dalam Kedokteran

Senin,24 Februari 2025 - 13:28:49 WIB
Dibaca: 41 kali

Tubuh manusia diibaratkan sebagai rumah yang memiliki atap, pondasi, bangunan, sampai dengan aktivitas yang berlangsung pada rumah tersebut. Komponen penyusun rumah tersebut dapat kita anggap sebagai sistem organ yang ada pada tubuh manusia. Seluruh sistem organ menyokong kehidupan manusia agar tetap terus hidup dengan mempertahankan homeostatisnya melalui aktivitas metabolisme. Fakta menariknya adalah tubuh manusia tetap terus bermetabolisme meskipun dalam kondisi tidur, layaknya kipas angin ataupun pendingin ruangan yang tetap menyala pada malam hari.

Kemudian, bagaimana cara kita tahu bahwa tubuh kita sedang bekerja? Pertanyaan tersebut hanya dapat terjawab dengan menggunakan ilmu fisiologi. Sebab fisiologi merupakan ilmu tentang fungsi atau asal-usul organisme hidup dimana kata tersebut berasal dari Bahasa Yunani dan dicetuskan oleh fisikawan Prancis—Jean Fernel—pada tahun 1542.

Fisiologi dalam ilmu kedokteran mempelajari beberapa aspek, yakni:

  1. Mekanisme aktivitas sistem organ,
  2. Interaksi yang timbul antar organ,
  3. Interaksi organ dengan lingkungan,
  4. Perilaku yang terbentuk sebagai pengaruh dari lingkungan, serta
  5. Interaksi antara tingkat molekuler sampai sistem organ untuk melangsungkan kehidupan.

Mempelajari fisiologi dalam kedokteran dapat memberikan pemahaman lebih mendalam terkait kondisi sebenarnya yang terjadi dalam organ tubuh manusia sehingga diagnosis dan pemberian terapi lanjutan dapat dilaksanakan dengan presisi. Melalui fisiologi, mekanisme aktivitas suatu organ berjalan secara normal dapat dipelajari, baik dari tingkat sel sampai dengan interaksi antar organ dalam sistem tubuh. Mekanisme tersebut hanya dapat diketahui dengan perbantuan pemeriksaan lanjutan dengan memanfaatkan beberapa instrumen, seperti uji laboratorium sampai dengan pencitraan medis. Kemudian, apabila ditemukan abnormalitas dalam hasil pemeriksaan, maka penanganan lanjutan dapat segera ditindak lebih lanjut. Sebagai contohnya adalah pasien yang mengalami gejala gangguan pada sistem pernapasan. Dengan kata lain, kecurigaan terdapat abnormalitas dalam proses respirasi menjadi poin utama. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui pemeriksaan lanjutan, seperti pulse-oximetry, uji spirometri, sampai dengan radiografi dada. Hasil pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan hasil normal yang seharusnya sehingga dapat ditentukan diagnosis dan terapi lanjutan bagi pasien tersebut.

Dengan kata lain, fisiologi menjadi dasar pemahaman yang harus dikuasai oleh dokter dalam pemberian diagnosis dan pengobatan penyakit agar tepat dan efektif. (aas/fk)

Sumber Pustaka

Dubois, G., B. Vasseur-Binachon & C. Yoshimoto. 2023. Clinical guidelines-Diagnosis and treatment manual. Médecins Sans Frontières. Geneva.

Saladin, K.S. 2021. Anatomy & physiology: The unity of form and function. Edisi kesembilan. McGraw-Hill Education. New York.


Untag Surabaya || SIM Akademik Untag Surabaya || Elearning Untag Surabaya