Tahapan Riset dalam Ilmu Kedokteran

Senin,03 Maret 2025 - 09:48:08 WIB
Dibaca: 38 kali

 

Fakta menarik dalam bidang fisiologi manusia baru saja ditemukan oleh Schaefer dkk. yang membuktikan bahwa aktivitas pernapasan dan dilatasi pupil mata saling berhubungan. Pupil mata akan mengecil saat inspirasi (menghirup oksigen dari lingkungan) dan membesar saat ekspirasi (mengeluarkan oksigen ke lingkungan). Hal ini sekaligus membuktikan bahwa sistem organ dalam tubuh manusia saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Kemudian, bagaimana bisa mereka mendapatkan fakta tersebut? Jawabannya adalah melalui sebuah riset.

Riset merupakan bentuk eksplorasi ilmiah yang terstruktur dan sistematis atas suatu kejadian alam yang bertujuan untuk meningkatkan ataupun memperbaharui pandangan tertentu melalui metode saintifik. Sebuah riset membahas dan mengelaborasikan kesenjangan yang timbul atas fenomena tertentu. Hasil riset disarankan untuk dapat memberikan sebuah solusi aplikatif ataupun pandangan terbaru atas suatu fenomena.

Inovasi terkini dalam riset bidang kedokteran adalah menghubungkan bidang-bidang dalam kedokteran dengan bidang teknologi untuk mengembangkan solusi dan pandangan baru dalam penemuan obat dan pelayanan medis. Contohnya adalah inovasi penggunaan kecerdasan buatan untuk mempercepat penemuan kelainan perkembangan sistem saraf manusia yang terasosiasi dengan gen yang dicetuskan oleh Dhindsa dkk. Inovasi tersebut didapatkan dari penyesuaian dengan tren teknologi terkini terkait kecerdasan buatan yang beredar di masyarakat.

Sebuah riset harus dilaksanakan secara terstruktur dan sistematis sehingga dapat memberikan informasi yang runtut dan jelas serta dapat dipertanggungjawabkan, khususnya dalam bidang kedokteran yang berkaitan dengan bioetika medis. Beberapa alur tahapan yang harus ditempuh dalam mengkonstruksi dan melaksanakan riset dalam bidang kedokteran adalah sebagai berikut.

  1. Identifikasi masalah dan studi literatur. Penelitian harus menemukan masalah medis yang belum terjawab, seperti efektivitas obat baru, melalui studi literatur dari berbagai sumber pustaka, seperti jurnal, buku, dan data medis.
  2. Formulasi hipotesis dan desain riset. Hipotesis, metode riset, dan kriteria probandus ditentukan bersama dengan pengajuan persetujuan etik dari komite etik kedokteran.
  3. Pengumpulan data. Eksperimen riset dilaksanakan melalui tahapan preklinis di laboratorium dan tahapan klinis yang melibatkan probandus.
  4. Analisis data dan interpretasi hasil riset. Data yang didapatkan dalam riset dianalisis dan dielaborasikan untuk ditarik kesimpulan risetnya.
  5. Publikasi dan implementasi. Hasil riset yang didapatkan dapat disebarluaskan melalui penerbitan pada media literatur sekaligus diintegrasikan dengan pedoman klinis.
  6. Evaluasi dan pengembangan lanjutan. Riset longitudinal dilaksanakan untuk menguji pengaruh yang berpotensi timbul dari hasil riset sebelumnya.

Pelaksanaan riset dan perkembangan inovasi berpengaruh besar terhadap kemajuan bidang kedokteran, khususnya dalam pengobatan dan terapi medis. Harapannya, hasil riset tersebut dapat memaksimalkan upaya dan pelayanan jangka panjang bagi kesehatan pasien.

Sumber Pustaka

Dhindsa, R.S.,  B.A. Weido, J.S. Dhindsa, A.J. Shetty, C.F. Sands, S. Petrovski, D. Vitsios & A.W. Zoghbi. 2025. Genome-wide prediction of dominant and recessive neurodevelopmental disorder-associated genes. The American Journal of Human Genetics. 0(0): 1-12. DOI: 10.1016/j.ajhg.2025.02.001

Hulley, S.B., S.R. Cummings, W.S. Browner, D.G. Grady & T.B. Newman. 2013. Designing clinical research. Edisi keempat. Lippincott William & Wilkins. Philadelphia.

Schaefer, M., S. Mathôt, M. Lundqvist, J.N. Lundström & A. Arshamian. 2025. The pupillary respiratory?phase response: pupil size is smallest around inhalation onset and largest during exhalation. The Journal of Physiology. 0(0): 1-9. DOI: 10.1113/JP287205

Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.


Untag Surabaya || SIM Akademik Untag Surabaya || Elearning Untag Surabaya