23 Mei 2025

Premenstrual Syndrome (PMS): Bukan Sekadar Perubahan Suasana Hati

Menstruasi menjadi salah satu mekanisme fisiologi tubuh yang khas pada wanita dimana terjadi peluruhan dinding rahim yang menebal akibat tidak dibuahinya sel telur. Satu siklus menstruasi berlangsung dalam kurun waktu 21-35 hari. Umumnya, wanita akan merasakan beberapa gejala fisik dan emosional yang tidak biasa saat menjelang menstruasi. Waktu timbulnya gejala ini umumnya terjadi pada 4-14 hari sebelum datang waktu menstruasi. Beberapa gejala tersebut dapat berupa mudah marah, emosi tidak stabil, perut kembung, hingga payudara terasa nyeri. Kondisi ini disebut dengan premenstrual syndrome (PMS).

 

Gejala PMS yang timbul pada wanita memiliki bentuk dan intensitas yang bervariasi dan berbeda pada setiap individu. Gejala tersebut dapat dibagi menjadi dua bentuk: gejala fisik serta gejala emosional dan perilaku. Gejala fisik yang timbul dapat berupa kenaikan berat badan, pembengkakan, nyeri payudara, nyeri sendi dan otot, sakit kepala, timbul jerawat dan permasalahan kulit, serta timbul konstipasi. Gejala emosional dan perilaku yang timbul saat PMS berupa sulit tidur, merasa cemas dan sedih, mudah marah, emosi tidak stabil, peningkatan nafsu makan, serta membatasi interaksi sosial.

 

Penyebab timbulnya PMS belum ditemukan secara pasti, tetapi terdapat hipotesis penelitian yang telah berkembang. Penelitian Imai dkk. (2015) memaparkan bahwa fluktuasi hormon estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi menjadi pemain kunci dalam timbulnya PMS pada wanita. Fluktuasi kedua hormon tersebut berpengaruh terhadap neurotransmiter di otak, zat kimia yang berperan dalam pengaturan suasana hati dan perilaku, seperti gamma amino butyric acid (GABA) dan serotonin. Faktor gaya hidup, tingkat stres, dan kekurangan nutrisi juga diduga dapat memperparah gejala PMS yang timbul.

 

PMS belum dapat disembuhkan dengan pengobatan tunggal meskipun telah banyak pelaksanaan penelitian terkait PMS, tetapi dapat dikelola intensitas gejalanya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meredakan intensitas gejala PMS adalah olahraga teratur, diet seimbang kaya buah dan sayuran, istirahat yang cukup dan tepat waktu, serta melakukan yoga ataupun meditasi dengan rutin. Dokter akan merekomendasikan obat pereda nyeri tertentu untuk mengatasi gejala yang lebih berat.

 

Oleh karena itu, PMS bukan hanya sekadar perubahan suasana hati, tetapi bentuk manifestasi dari aktivitas fisiologis tubuh wanita. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter ketika gejala PMS mengganggu kualitas hidupmu, ya, Sobat Kampus Merah Putih.

 

 

Referensi

 

Imai, A., S. Ichigo, K. Matsunami & H. Takagi. 2015. Premenstrual syndrome: management and pathophysiology. Clinical and Experimental Obstetrics and Gynecology. 42(2): 1-6. DOI: 10.12891/ceog1770.2015.

 

Siminiuc, R. & D. Turcanu. 2023. Impact of nutritional diet therapy on premenstrual syndrome. Frontiers. DOI: 10.3389/fnut.2023.1079417.

 

Yoshimi, K., M. Shiina & T. Takeda. 2019. Lifestyle factors associated with premenstrual syndrome: A cross-sectional study of Japanese high school students. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology. 32(6): 590-595.

back top