Menstruasi menjadi salah satu mekanisme fisiologi tubuh yang khas pada wanita
dimana terjadi peluruhan dinding rahim yang menebal akibat tidak dibuahinya sel
telur. Satu siklus menstruasi berlangsung dalam kurun waktu 21-35 hari.
Umumnya, wanita akan merasakan beberapa gejala fisik dan emosional yang tidak
biasa saat menjelang menstruasi. Waktu timbulnya gejala ini umumnya terjadi
pada 4-14 hari sebelum datang waktu menstruasi. Beberapa gejala tersebut dapat
berupa mudah marah, emosi tidak stabil, perut kembung, hingga payudara terasa
nyeri. Kondisi ini disebut dengan premenstrual syndrome (PMS).
Gejala PMS yang timbul pada wanita memiliki bentuk dan intensitas yang bervariasi
dan berbeda pada setiap individu. Gejala tersebut dapat dibagi menjadi dua
bentuk: gejala fisik serta gejala emosional dan perilaku. Gejala fisik yang
timbul dapat berupa kenaikan berat badan, pembengkakan, nyeri payudara, nyeri
sendi dan otot, sakit kepala, timbul jerawat dan permasalahan kulit, serta
timbul konstipasi. Gejala emosional dan perilaku yang timbul saat PMS berupa
sulit tidur, merasa cemas dan sedih, mudah marah, emosi tidak stabil,
peningkatan nafsu makan, serta membatasi interaksi sosial.
Penyebab timbulnya PMS belum ditemukan secara pasti, tetapi terdapat
hipotesis penelitian yang telah berkembang. Penelitian Imai dkk. (2015)
memaparkan bahwa fluktuasi hormon estrogen dan progesteron yang terjadi selama
siklus menstruasi menjadi pemain kunci dalam timbulnya PMS pada wanita. Fluktuasi
kedua hormon tersebut berpengaruh terhadap neurotransmiter di otak, zat kimia
yang berperan dalam pengaturan suasana hati dan perilaku, seperti gamma
amino butyric acid (GABA) dan serotonin. Faktor gaya hidup, tingkat stres,
dan kekurangan nutrisi juga diduga dapat memperparah gejala PMS yang timbul.
PMS belum dapat disembuhkan dengan pengobatan tunggal meskipun telah
banyak pelaksanaan penelitian terkait PMS, tetapi dapat dikelola intensitas
gejalanya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meredakan intensitas
gejala PMS adalah olahraga teratur, diet seimbang kaya buah dan sayuran,
istirahat yang cukup dan tepat waktu, serta melakukan yoga ataupun meditasi
dengan rutin. Dokter akan merekomendasikan obat pereda nyeri tertentu untuk
mengatasi gejala yang lebih berat.
Oleh karena itu, PMS bukan hanya sekadar perubahan suasana hati, tetapi
bentuk manifestasi dari aktivitas fisiologis tubuh wanita. Jangan ragu untuk
berkonsultasi dengan dokter ketika gejala PMS mengganggu kualitas hidupmu, ya,
Sobat Kampus Merah Putih.
Referensi
Imai, A., S. Ichigo, K. Matsunami & H. Takagi. 2015. Premenstrual
syndrome: management and pathophysiology. Clinical and Experimental
Obstetrics and Gynecology. 42(2): 1-6. DOI: 10.12891/ceog1770.2015.
Siminiuc, R. & D. Turcanu. 2023. Impact of nutritional diet therapy on
premenstrual syndrome. Frontiers. DOI: 10.3389/fnut.2023.1079417.
Yoshimi, K., M. Shiina & T. Takeda. 2019. Lifestyle factors
associated with premenstrual syndrome: A cross-sectional study of Japanese high
school students. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology. 32(6):
590-595.